Oleh : Ismail Fajar Romdhon
Hukum di Indonesia sudah mengatur sikap hidup beragama bagi pemeluknya dan tidak memayungi penduduk yang tidak beragama. Karena di UUD 45 pasal 29 ayat 1 dan 2 yang berbunyi : “Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa” dan “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu”. Pada pasal ini negara mengatur tentang kebebasan seseorang untuk menjadi theist dan bukan Atheist. Untuk itu, tidak ada jaminan dari negara Indonesia terhadap penganut Atheist. Inilah yang menjadi faktor para penganut Atheist menjadi komunitas yang “underground”.[1]
Kelompok ateis di Indonesia sendiri sudah mulai memperlihatkan pengaruh dan eksistensinya di dunia maya. Situs seperti http://atheisindonesia.blogspot.com/, http://ateisindonesia.wikidot.com/, http://indonesianatheists.wordpress.com, dan http://www.sea-atheists.org/indonesia/, merupakan situs dengan konten ateisme yang masih aktif.
Sementara dalam situs jejaring sosial facebook, kelompok ateis ini berintegrasi dalam grup adalah “Indonesian Atheist Society” yang memiliki 665 anggota, “Indonesian society of humanits” yang beranggotakan 335 orang, dan “Indonesian Freethinkers” yang beranggotakan 554 orang. Jumlah ini sudah mengalami peningkatan walaupun tidak terlalu signifikan dari tahun 2010 yaitu, “Indonesian Atheist Society” memiliki 465 anggota, “Indonesian Freethinkers” beranggotakan 431 orang.[2]
Bila kita melihat perkembangan atheis di negara-negara maju yang lebih pesat dibandingkan dengan negara-negara berkembang seperti Indonesia, hal ini disebabkan oleh dukungan kemajuan teknologi informasi yang sudah merata yang memungkinkan mereka untuk bertemu dan bertukar fikiran di dunia maya tanpa terlihat atau terpantau secara terbuka oleh orang lain.
Hal ini juga mulai dijajaki oleh komunitas ateis di Indonesia dengan membentuk Forum Diskusi Ateis Indonesia dengan alamat http://ateis.multiply.com/journal/item/13/atheis. Dalam forum ini mereka saling memberi komentar dan mencoba meyakinkan dirinya dan orang-orang yang sefaham dengannya dengan mengatakan bahwa saya tidak percaya Tuhan dan saya bahagia, aya tidak percaya mistis, ghaib dan cinta perdamaian.
Tetapi sifat forum ateis yang terbuka ini menjadi ruang bagi para teis untuk masuk dan memberi komentar. Bahkan lebih dari itu banyak juga yang berani menentang langsung faham ateis dan mengatakannya sebagai faham yang “banci” karena tidak memiliki komitmen atas apa yang diyakininya.
Terlepas dari fakta yang terjadi di lapangan seperti dijelaskan di atas, faham ateis jelas merupakan musuh Islam dan jangan sampai diberi kesempatan untuk terus tumbuh dan berkembang. Untuk itu diperlukan langkah langkah sistematis sebagai counter attack bagi Darwinisme.
[1]http://tongsampah.dagdigdug.com/2010/06/01/era-kebangkitan-atheist-di-indonesia/ pada tangal 18 April 2011
[2]Data diambilpadatanggal 18 April 2011
3 komentar:
menjadi musuh islam?
ndak heran. islam memang suka bermusuhan dengan siapapun yg gak sepaham dengan islam.
kami atheist gak suka bermusuhan. kita tetap sama2 manusia, harus saling menghormati meski beda keyakinan, gak perlu perang.
masalah keyakinan dan ketidakyakinan adalah hak azasi manusia. mengapa harus patuh pada UUD 45 yang hanya buatan manusia yang punya kepentingan terhadap agama? yang namanya buatan manusia tentu bisa diubah manusia. Apalagi kalau kelak atheist sudah menjadi mayoritas di Indonesia. Pasti UU diubah.
tahukah anda bahwa agama adalah sesuatu yg bisa menghasilkan uang jika dipelihara (bisnis menggiurkan)?
Saya tidak paham kok ateisme disambungkan dengan Darwinisme? Yang satu teori biologi yang satu cara pandang tentang ketuhanan. Humm anda sepertinya korban tulisan-tulisan Harun Yahya yang mengait-ngaitkan Darwinisme dengan Ateisme ya? Harun Yahya is the worst muslim pseudoscientist and pseudohistorist, ever, yang suka mengatakan sesuatu tanpa didukung bukti atau penelitian ilmiah.
Kalau anda mencoba membaca dan mencari info lebih lanjut, banyak skali kok ilmuwan Muslim yang menerima evolusi sebagai teori yang valid dengan bukti yang kuat (coba cari Nidhal Guessoum). Jadi Tidak ada kaitannya ateisme dengan Darwinisme..
Korban zakir naik juga nih kayaknya
Posting Komentar