Oleh : Endang Ruswandi
Kita sering mendengar ada pendapat bahwa rakyat Belanda memiliki sifat demagogisch, yaitu sifat berkilah, sifat suka mempertengkarkan perkara-perkara kecil, dengan melupakan hal-hal pokok yang besar, atau orang-orang Jepang yang suka bekerja keras, bahkan orang-orang Indonesia yang pemalas, benarkah?
Banyak orang mengupat bahwa para pejabat pemerintah semuanya adalah koruptor, hampir di semua instansi-instansi pemerintahan sudah tidak asing lagi dengan yang namanya korupsi, bahkan kita juga mengiyakan bahkan kita juga meng-iyakan bahwa para pejabat pemerintahan (Indonesia) itu semuanya koruptor. Apakah semua pernyataan-pernyataan itu benar?
Sesungguhnya kita sedang dihadapkan pada situasi Paradoks. Pada kesempatan ini saya akan mencoba menjelaskan apa itu sebenarnya yang di sebut dengan Paradox. Kendatipun Aristoteles telah menyinggung tentang Paradoks di dalam logikanya, yang membahas secara mendetail dan mengembangkannya sedemikian rupa adalah penganut Madzhab Stoa, khususnya Chrysppus (280-207 SM) Chrysippus adalah pemimpin Madzhab Stoa yang ketiga dan yang terbesar.
Kita sering mendengar ada pendapat bahwa rakyat Belanda memiliki sifat demagogisch, yaitu sifat berkilah, sifat suka mempertengkarkan perkara-perkara kecil, dengan melupakan hal-hal pokok yang besar, atau orang-orang Jepang yang suka bekerja keras, bahkan orang-orang Indonesia yang pemalas, benarkah?
Banyak orang mengupat bahwa para pejabat pemerintah semuanya adalah koruptor, hampir di semua instansi-instansi pemerintahan sudah tidak asing lagi dengan yang namanya korupsi, bahkan kita juga mengiyakan bahkan kita juga meng-iyakan bahwa para pejabat pemerintahan (Indonesia) itu semuanya koruptor. Apakah semua pernyataan-pernyataan itu benar?
Sesungguhnya kita sedang dihadapkan pada situasi Paradoks. Pada kesempatan ini saya akan mencoba menjelaskan apa itu sebenarnya yang di sebut dengan Paradox. Kendatipun Aristoteles telah menyinggung tentang Paradoks di dalam logikanya, yang membahas secara mendetail dan mengembangkannya sedemikian rupa adalah penganut Madzhab Stoa, khususnya Chrysppus (280-207 SM) Chrysippus adalah pemimpin Madzhab Stoa yang ketiga dan yang terbesar.
Paradoks adalah suatu situasi yang muncul dari sejumlah Premis (dasar pikiran, alasan) yang diakui kebenarannya yang bertolak dari suatu pernyataan dan akan tiba pada konklusi yang mengandung konflik atau kontradiksi. Paradoks disebut juga Antinomi karena melanggar Law Of Contradiction (Principium Contradictionis) atau hukum kontradiksi yang menyatakan bahwa tidak mungkin sesuatu itu pada waktu yang sama adalah sesuatu itu dan bukan sesuatu itu. Tidak ada satu hal pun yang dapat sekaligus A dan bukan -A. "Tidak dapat mengatakan, "Ia bernafas," dan "Ia juga tidak bernafas" sekaligus atau pada waktu yang sama. Maka yang di maksud ialah mustahil ada hal yang bertentangan pada sesuatu pada waktu yang bersamaan untuk lebih memahami tentang Paradoks saya akan memberikan salah satu contoh dengan mengutip dari contoh yang sangat terkenal dan sangat tua yaitu Paradoks pembohong (Liar Paradox), sebagai berikut :
Epimenides (si orang kereta) mengatakan bahwa semua orang yang ada didalam kereta adalah pembohong. Apakah pernyataan yang demikian itu benar? Mari kita ikuti dan pelajari rangkaian Premis-Premis (dasar pikiran atau alasan) berikut yang akan tiba pada dua konklusi atau kesimpulan yang bertentangan, perhatikan baik-baik contoh di bawah ini :
~ Jika yang di katakan Epimenides itu benar, maka ia adalah bukan seorang pembohong.
~ Jika Epimenides bukan seorang pembohong, maka apa yang dikatakannya adalah tidak benar.
~ Jika apa yang dikatakannya itu tidak benar, maka ia adalah seorang pembohong.
Jadi, ia adalah seorang pembohong dan bukan seorang yang jujur. (Konklusi atau kesimpulan pertama).
~ Jika yang dikatakan Epimenides itu tidak benar, maka ia adalah seorang pembohong.
~ Jika ia seorang pembohong, maka apa yang dikatakannya itu adalah tidak benar.
Jadi, ia adalah seorang pembohong dan bukan seorang yang jujur. (Konklusi atau kesimpulan pertama).
~ Jika yang dikatakan Epimenides itu tidak benar, maka ia adalah seorang pembohong.
~ Jika ia seorang pembohong, maka apa yang dikatakannya itu adalah tidak benar.
~ Jika apa yang di katakan Epimenides adalah tidak benar, maka ia adalah seorang yang jujur.
Jadi, ia adalah orang yang jujur dan bukan seorang pembohong (konklusi atau kesimpulan kedua).
Jadi, ia adalah orang yang jujur dan bukan seorang pembohong (konklusi atau kesimpulan kedua).
Apa yang di katakan Epimenides sesungguhnya secara serentak mengandung kebohongan dan kebenaran. Jika terbukti bohong, maka ia benar-benar seorang pembohong, dan jika benar, maka ia adalah seorang yang jujur. Perhatikanlah baik-baik Premis-Premis gunakan dalam perdebatan untuk mematahkan argumentasi lawan dengan menempatkannya kedalam situasi yang sangat sulit dan serba salah.
Demikianlah kiranya pembahasan tentang Paradoks, walaupun hanya sedikit dan sangat sederhana kiranya menjadi sumbangsih dan andil saya terhadap kemajuan keilmuan, serta bisa membantu saudara-saudara yang ingin mengasah akal-budinya untuk lebih tajam dalam berpikir. Mudah-mudahan bermanfaat bagi dunia, saya khususnya
Demikianlah kiranya pembahasan tentang Paradoks, walaupun hanya sedikit dan sangat sederhana kiranya menjadi sumbangsih dan andil saya terhadap kemajuan keilmuan, serta bisa membantu saudara-saudara yang ingin mengasah akal-budinya untuk lebih tajam dalam berpikir. Mudah-mudahan bermanfaat bagi dunia, saya khususnya
Allahu Ya Khudzu Biaidina Ilaa Maa Fiihi Khairun Lil Islaam Wa Al-Muslimiina.
0 komentar:
Posting Komentar